Cast:
Main Character:
Choi Hyejae (you)
C.N.Blue Jonghyun (your sunbae, crush, your brother's friend)
Shin Jihoon (your hoobae, had crush on you)
Side Character:
SJ Siwon, C.N.Blue Yonghwa, INFINITE Hoya, ZE:A Kwanghee
Genre:
Romance, Love-life
Language:
IND
ENG (on progress)
KOR (Judulnya ajah - )
Author:
Story & Art : Hyejae_Choi
Review
"Sebelum anak itu mengganggu hidupku, aku juga menyukaimu." Posted by Hyejae. one minute ago.
Bagaimana rasanya jika...
Seseorang yang kau cintai, ternyata mencintaimu diam-diam. Kau tidak pernah tahu, karena kaupun tidak pernah menyatakan perasaan yang sama padanya. Ketika kau menyadari perasaan dia yang sesungguhnya, semua itu terlambat. Hatimu yang selama ini kau simpan untuknya, telah terebut dengan paksa oleh hati yang lain. Karena kau tak mampu menahan kebingungan dimana kau harus meletakkan hatimu. Perlahan kau tahu semua rahasianya, jika memang hatinya selalu ada untukmu, dan yang tersisa hanya lah..
Sesal.
"Sebelum anak itu mengganggu
hidupku, aku juga menyukaimu."
Dengan susah payah Hyejae menuliskan
kalimat itu pada akun SNS-nya. Tubuhnya gemetar menahan perasaannya yang
terguncang. Air mata yang tak mau mau keluar itu terasa lebih menyakitkan.
Hyejae terduduk lemas setelah
menyelesaikan kalimatnya. Ia berharap pria itu membacanya. Pria yang ternyata
selalu memperhatikan gerak-geriknya, pria yang ternyata selalu membaca
tulisan-tulisannya dan pria yang ternyata menyukainya. Pria yang menjadi cinta pertamanya.
***
Kenangan satu tahun yang lalu masih terlintas di ingatannya,
saat semuanya masih normal.
"Jadi, ada seseorang yang kau sukai?"
Choi Hyejae tersipu malu. Ia menundukkan pandangannya
sambil tersenyum.
"Lee... Lee Jong hyun."
Jawabnya dengan ragu.
"Woo.... Jonghyunnie?" Choi Siwon menggodanya. Ia
tersentuh mendengar adik perempuannya itu ternyata menaruh hati pada temannya.
"Waa... Aku tak menyangka Jonghyun ada yang
menyukainya." Sahut Jung Yonghwa. Teman satu kelas Siwon yang juga dekat
dengan Hyejae.
Hyejae ingat, betapa senangnya saat ia bisa melihat pria
itu, meski pria itu tak melihat dirinya. Hyejae tak bisa menyembunyikan
kebahagiaannya saat pria yang dipanggil Jonghyun itu menyapanya. Hyejae, gadis
itu menyukai apapun yang berhubungan dengan Jonghyun.
Semua itu indah, sebelum anak bernama Shin Jihoon yang
datang mengganggu hidupnya. Anak yang lebih muda dari Hyejae itu selalu
mengejarnya. Sejak ia baru menjadi murid SMA, sedangkan Hyejae murid kelas dua,
Jihoon menyukainya.
"Noona, biar aku yang bawakan tasmu."
"Noona, ini aku belikan makan siang."
Jihoon tak pernah berhenti mendekati Hyejae meski gadis itu
selalu menolaknya, dan mengusirnya. Itu membuat Hyejae sangat membenci Jihoon,
tapi gadis itu tidak bisa menghindarinya. Mereka ada dalam satu departemen yang
sama sejak mengikuti organisasi badan sekolah.
"Hwang Kwanghee, Lee Ho Won, Choi Hyejae, Shin Jihoon.
Apa kau gila, kenapa aku harus masuk tim ini!" Hyejae protes dengan
pembagian Tim kerja untuk persiapan event di sekolahnya.
"Dua dari angkatan kita, dan dua dari angkatan bawah.
Ini cukup adil, kataku." Sahut Lee Howon, ketua tim dan juga teman satu
kelas Hyejae.
"Kenapa kau harus masukkan anak itu. Ini gila! Kau
tahu, aku mati-matian menghindarinya, tapi kau..."
"Santai saja, anak itu tidak akan mengganggumu. Aku
ketua tim, dia tidak akan macam-macam denganmu. Hey, lagipula, bukan wewenangku untuk memasukkan nama ke dalam daftar
tim ini." Howon sangat tahu persis apa yang ditakutkan temannya itu. Ia
juga tidak nyaman dengan tingkah hoobae-nya yang selalu muncul dimanapun Hyejae
berada.
Mereka pergi berempat untuk menjalankan tugasnya. Hyejae
sebenarnya cepat beradaptasi bersama siapa saja. Ketua tim yang cekatan, Howon,
atau si moodmaker Kwanghee. Tapi tidak dengan Jihoon yang selalu saja berusaha
mendekatinya walau Howon sudah memperingatkannya untuk serius.
"Noona, untuk tugas yang ini ayo pergi denganku!"
Jihoon menarik lengan Hyejae, mengajaknya pergi. Hyejae berusaha melepaskankan
tangannya namun anak itu memperkuat genggamannya. Untung saja Howon segera
menghentikannya.
"Ya! Apakah seperti itu kau memperlakukan sunbaemu.
Minggir, kami berdua yang akan pergi."
"Jihoon-ah apa yang kau lakukan. Ayo cepat, kita
pergi." Kwanghee menarik Jihoon bersamanya. Hyejae mendecak kesal dengan
yang barusan terjadi. Ia berterima kasih pada Howon yang telah
menyelamatkannya.
Saat mereka semua kembali berkumpul, mereka baru akan
kembali pergi tepat sebelum beberapa anak kelas tiga menghampirinya. Jung
Yonghwa, Lee Jungshin, Kang Minhyuk dan satu lagi, Lee Jonghyun. Mereka adalah
salah satu Band yang akan mengisi acara event itu. Howon yang pertama menyapa
mereka disusul yang lain.
"Sunbae, annyeonghaseyo!"
"Hei kalian. Bagaimana pekerjaan kalian apakah lancar?
Oh... Hyejae-yah. Lama tidak bertemu." Yonghwa menyapa para hoobaenya.
Lalu memanggil Hyejae yang terlihat gembira. Ia hanya cekikikan dalam hati
sembari melirik Jonghyun yang ada di sampingnya.
"Oh... Yonghwa oppa, iya... lama kita tak bertemu, dan
juga... annyeong
Jj Jonghyun oppa." Hyejae merasakan
pipinya memanas karena malu. Ia tahu Yonghwa tengah menggodanya.
"Woah... Mereka mengenalmu? Apa kau dekat dengan
mereka?" Kwanghee menyerbu Hyejae dengan pertanyaan-pertanyaan sesaat setelah
Yonghwa dan kawan-kawan pergi.
"Ya! Apakah seperti itu caramu berbicara dengan
sunbae?" Howon menegur Kwanghee.
"Ah... tidak. Dia hanya teman-teman oppa ku."
Hyejae masih belum bisa mengatur emosi saking senangnya.
"Aku bahkan tidak tahu kau punya oppa." Howon
menyela. Ia memang tidak terlalu tahu mengenal silsilah keluarga Hyejae.
"Choi Siwon itu oppa ku. Haish... anak itu memang
tidak pernah berhenti dari kesibukannya, bahkan sudah hampir mendekati ujian
sekalipun."
Kwanghee dan Howon hanya memandang Hyejae dengan takjub.
Mereka tidak pernah tahu bahwa orang yang di dekatnya itu punya hubungan darah
dengan siswa paling pandai dan dikenal di sekolah ini. Satu orang hanya
memandang Hyejae dengan gundah. Jihoon tahu sikap Hyejae sangat berubah ketika
bertemu dengan sunbaenya tadi.
***
Kau bersama pria lain, bahkan saat kau menemuiku.
Hyejae masih terus mengusap air matanya.
Ia sudah berulang kali mengecek halaman SNS nya, masih belum ada respon.
Perasaan gusar menghinggapinya saat ia membaca tulisan-tulisan yang ada di
depannya. Tulisan yang dibuat pria itu sejak lama. Ternyata ia memperhatikanku
sejak saat itu, gumamnya.
Ia menemukan foto yang diunggah oleh pria
itu. Benar, itu adalah foto dirinya. Foto saat ia bertugas dengan tim Howon,
Kwanghee dan Jihoon. Pria itu mengambil foto dirinya sebelum mereka saling
bertemu. Dan juga foto-foto yang lain. Hyejae menyesali betapa bodohnya karena
ia bahkan tidak tahu kalau pria itu menulis semua hal tentang dirinya di
halaman miliknya.
***
"Noona, kenapa
kau selalu menghindariku, kenapa kau tak pernah melihatku?"
Jihoon merengek. Hyejae sudah lelah untuk menghindarinya.
Ia membiarkan anak itu menemuinya dan berbicara mengenai perasaannya.
"Apa kau tak pernah menganggapku manusia? Apa kau tak
pernah mempedulikan hak ku? Bahkan untuk menyukaimu saja kau tak
mengizinkannya?"
"Jihoon-ah. Kau ini keras kepala..."
"Itu karna kau tak pernah mau mendengarku, noona! Kau
tak pernah mengizinkanku bahkan untuk berbuat baik padamu. Kau tak pernah
membiarkanku untuk mengutarakan perasaanku sedikit saja."
Jihoon meluapkan perasaannya yang tak pernah berhasil ia
ungkapkan. Hyejae hanya terdiam. Ia merasa dirinya sedikit keterlaluan karena
tidak mengakui perasaan seseorang yang menjadi hak nya.
"Hyejae noona, apa kau tahu? Kau membuatku seperti
orang jahat. Apa tidak bisa kau bersikap wajar padaku. Kalau saja noona
bersikap baik padaku dari awal, aku tidak akan begini. Tapi kau yang
memulainya, noona. Apa aku tak punya hak untuk menyukai seseorang? Apa aku tak
punya hak untuk mencintaimu?"
Hyejae menggenggam erat tangannya. Kata-kata itu begitu
begitu menusuk hatinya. Ia merasa menjadi orang yang sangat berdosa.
"Aku sudah berada pada batas kesabaranku, Choi Hyejae.
Kalau kau memperlakukan ku dengan buruk kali ini, aku tidak tahu apa yang akan
terjadi pada ku lagi. Ini yang terakhir."
Jihoon membalikkan badannya hendak pergi. Hyejae tiba-tiba
memeluknya dari belakang. Ia tidak sadar apa yang sedang dilakukannya, tapi
rasa sakit yang teramat dalam dirasakan hatinya.
"Noona..." Jihoon terkejut melihat kedua tangan
Hyejae yang sudah melingkar di tubuhnya.
"Aa..aa apa kah kau menerima ku sekarang?"
Ledakan perasaan bahagia tercuat dari hatinya. Jihoon tak bisa mengontrol
kata-katanya.
"Aku hanya ingin berbuat baik kepadamu, Shin Jihoon."
Hyejae tidak akan mengakui ia menerima atau apapun itu, karena ia tahu, sekeras
apapun hatinya takkan bisa menerima anak itu.
***
Inikah akhir waktuku? Inikah rasanya saat kau akhirnya bertemu
dengan seorang pria yang akan mengisi hatimu? Inikah saat aku sebaiknya
berhenti berkhayal tentang perasaanku padamu? Aku juga menyukaimu.
Hyejae semakin tidak karuan. Kakinya
gemetar, tak sanggup lagi menahan berat tubuhnya. Dadanya terasa sesak, sulit
sekali untuk bernafas. Matanya kini penuh dengan air mata yang terus-terusan
mengucur, memperhatikan tulisan terakhir yang ditulis pria itu. Tulisan
terkahir yang ditulis pada tanggal yang sama saat Hyejae bertemu dengan Jihoon.
Hatinya terasa teriris, mungkinkah pria
itu melihatnya bersama Jihoon? Mungkin kah pria itu menyimpulkan bahwa dirinya
telah menerima hati Jihoon? Penyesalan terbesar yang pernah ia rasakan
sepanjang hidupnya itu semakin menjadi, sejak ia terakhir bertemu dengan pria
itu hari kemarin.
***
Hyejae tahu hatinya takkan bisa menerima
Jihoon, tapi ia berusaha agar bisa bersikap baik padanya. Ia menerima semua
perlakuan yang diberikan Jihoon kepadanya, tidak menolak ataupun menghindar
seperti sebelum-sebelumnya.
"Noona, kau tahu aku senang sekali
berada disisimu. Aku akan memperlakukanmu dengan baik lagi." Ucap Jihoon
saat mereka sedang berjalan berdua.
"Hyejae-ah!" Panggil Howon saat
melihat Hyejae dan Jihoon sepulang sekolah. "Mau kuantarkan pulang?"
Ia menawarkan dirinya untuk menyelamatkan Hyejae lagi dari Jihoon.
"Tidak usah. Kali ini aku yang akan
mengantarkannya." Jihoon menyeringai. Ia mencegat Howon mendekati Hyejae.
"Ya! Apa begitu caramu bicara pada
sunbaemu!"
"Howon-ah. Aku pergi dulu."
Hyejae menghentikan Howon yang hampir meluapkan emosinya pada Jihoon.
"Kami pergi dulu, sunbaenim."
Jihoon tersenyum penuh kemenangan sambil menarik Hyejae pergi, namun gadis itu
melepaskan tanganya dari Jihoon. Howon melihat keduanya pergi dengan keheranan.
Jihoon bermaksud mengantarkannya sampai
ke rumah. Keduanya sedang berjalan menuju ke arah rumah Hyejae ketika mereka
bertemu dengan Siwon dan Jonghyun. Hyejae tersentak kaget menyadari orang yang
sedang bersama dengan oppa-nya itu.
"Hyejae-ah? Sedang apa kau?" Siwon
memanggil adiknya itu yang sedang bersama Jihoon. Ia melirik Jihoon yang
menatap Jonghyun dengan tatapan tidak suka. Kemudian kembali menatap Hyejae
dengan pandangan 'apa yang kau lakukan bersama anak itu, sedangkan kau lihat
ada Jonghyun disini'.
"Oo..oppa..?" Hyejae
terbata-bata. Ia tak bisa menyembunyikan kekagetannya karena ia bertemu dengan
Jonghyun selagi bersama dengan Jihoon. Hyejae membalas tatapan oppanya dengan
pandangan 'ini bukan seperti yang kuinginkan terjadi, oppa...tolong aku'.
"Kami sedang pulang. Aku yang
mengantarkan Hyejae pulang... Sunbae." Jihoon menjawab dengan ragu-ragu.
Ia tidak terima dengan pandangan Siwon yang menghakiminya.
"Kalau begitu mari kita pulang, aku memang akan ke rumah
Siwon." Jonghyun akhirnya berbicara. Siwon was-was membayangkan tentang kecanggungan
yang akan terjadi. Hyejae masih terpaku. Ia baru bergerak saat Siwon
menggandeng tangannya. Tidak peduli Jihoon yang semakin menatap mereka dengan
pandangan aneh.
Keempat orang itu masih terdiam selagi
berjalan pulang. Mereka akhirnya sampai di depan rumah dan terhenti.
"Kita sampai. Hyejae-yah cepat
masuk." Siwon mempersilahkan Jonghyun dan menyuruh Hyejae untuk masuk,
mengisyaratkan Jihoon untuk segera pergi.
"Tidak Siwon-ah. Aku akan pergi
setelah ini."
Ucapan Jonghyun mengagetkan Siwon. Seketika
ia tersadar temannya itu tengah menatap Hyejae. Gadis itu masih menundukkan
kepalanya semenjak tadi, ia tidak bisa berhadapan dengan Jonghyun saat Jihoon
bersamaanya. Jihoon mengepalkan tanganya, menahan emosi yang dari tadi ia tahan
karena memergoki Jonghyun yang diam-diam memandangi Hyejae.
"Hyejae-yah, kau masuk lah. Biar aku
bawakan tasmu." Jonghyun melepaskan tas yang dibawa Hyejae dan membawanya,
Hyejae terkejut Jihoon merebutnya dari tangan Jonghyun.
"Tunggu, kenapa harus kau yang
membawakannya. Aku yang mengantarkan Hyejae pulang." Sela Jihoon. Emosinya
sudah memuncak. Saat itulah Hyejae baru menyadari Jonghyun menatapnya.
Jonghyun hanya tersenyum hambar, ia tetap
tidak mengalihkan tatapannya pada Hyejae.
"Karena aku juga menyukaimu,
Hyejae-yah." Hyejae terperanjat kaget. Begitu pula Jihoon dan Siwon yang
masih berdiri di sana. Tak satu pun kata yang dapat keluar dari mulut Hyejae,
ia hanya terperanga.
"Aku pergi dulu." Jonghyun
meninggalkan mereka yang terkejut dengan pengakuannya.
"Jonghyun-ah!!" Siwon memanggil
temannya itu, tapi Jonghyun bahkan tak menoleh sedikit pun. Jihoon
menghempaskan tas yang ada di tangannya, meluapkan emosinya.
"Hey apa-apaan kau!" Ia meneriaki
Jonghyun.
"SUDAH CUKUP SHIN JIHOON!! Aku tidak
tahan lagi! Aku tidak bisa berpura-pura bahwa aku menerimamu! Aku sudah
menyukai orang lain bahkan sebelum kau menyukaiku!!" Teriak Hyejae.
"Oppa... Apa ini? Apa yang sedang
terjadi? Oppa, kau juga tahu perasaanku kan?" Ucapnya terbata-bata. Ia tak bisa berpikir dengan
jernih lagi.
"Aa..apa yang kau katakan,
noona..." Jihoon tidak bisa menerima apa yang barusan Hyejae katakan.
"Noona... katakan kau tidak
serius..." Siwon lalu memaksanya pergi, namun ia memberontak. "Noona!
Hyejae noona! Choi Hyejae!!"
Siwon menarik Hyejae masuk dan mengunci
Jihoon yang masih memanggil gadis itu di luar.
"Lee Jonghyun menyukaiku? Oppa... aku
tidak sedang bermimpi kan? Aku juga menyukainya. Oppa, kau juga tahu kan? Tapi
apa maksudnya dia akan pergi?" Perasaan Hyejae campur aduk. Ia terlihat
berantakan sekarang. Siwon menatap iba adik perempuan satu-satunya itu.
"Lalu apa yang kau lakukan dengan anak
itu?" Siwon bertanya dengan hati-hati.
"Tidak ada oppa... Tidak... Aku tidak
tahu apa yang aku lakukan. Aku tidak menyukainya. Aku tidak menerima perasaan Jihoon,
oppa. Aku tidak..." Hyejae menghentikan kata-kata. Sesuatu seperti
menyumbat tenggorokannya. Ia tidak bisa menangis dan itu justru menyakitinya.
Siwon memeluknya erat-erat.
"Maafkan aku Hyejae-yah. Aku tahu,
Jonghyun akan pergi jauh. Aku takut membuatmu sedih jika aku memberitahumu.
Tapi aku sungguh tidak tahu perasaan yang dimilikinya padamu, jika dia juga
menyukaimu. Ku kira dia menyukai seorang gadis, karna dia selalu menuliskan tentangnya."
Malam itu Hyejae segera membuka akun SNS
nya setelah mendengar apa yang Siwon ceritakan, bahwa Jonghyun kerap menuliskan
pada halamannya bahwa ia menyukai seorang gadis. Hyejae segera mencari nama Lee
Jonghyun, dan menemukannya. Ia membuka halaman milik pria itu, dan membacanya
satu-satu.
Aku menyukaimu seperti saat aku menemukan sekuncup bunga di taman. Belum
ada yang memetiknya. Apakah harus kupetik sekarang? Ataukah aku harus
menunggunya bermekaran? Tapi bagaimana jika seseorang memetiknya?
Kau selalu tersenyum saat melihatku. Saat itulah aku berjanji pada diriku
jika aku akan selalu tersenyum saat menemuimu.
Apakah bunga di taman sudah mekar? Atau sudah ada yang memetiknya? Gadis
kecil, apa kabarmu?
Bunga tercantik yang ada di taman. Tidak heran banyak orang yang
memandangnya. Apa aku harus mengusir mereka? Aku bahkan tidak memilikimu.
Pria itu, dan pria itu...
Kau bersama pria lain, bahkan saat kau menemuiku.
Haruskah aku berhenti menunggu bunga itu mekar? Haruskah aku membiarkan
orang lain memetiknya.
Bunga itu sudah tidak ada!
Inikah akhir waktuku? Inikah rasanya saat kau akhirnya bertemu dengan
seorang pria yang akan mengisi hatimu? Inikah saat aku sebaiknya berhenti
berkhayal tentang perasaanku padamu? Aku juga menyukaimu.
Hyejae menghabiskan waktu semalaman untuk
membaca setiap tulisan-tulisan yang terpampang. Rasa penyesalan yang sangat
besar menghinggapi dirinya. Ia benar-benar sangat hancur. Setelah membaca
tulisan terakhirnya kini pria itu tidak ada lagi di dekatnya. Tidak ada yang
bisa diperbaiki seperti halnya waktu yang diputar dan semua itu hanya
menyisakan satu... Sesal.
Tell me where the rainbow is... Can you
return my wish back to me?
Why is the sky still so calm? All the
clouds have gathered above me.
Is there a mask you can lend me? Because I
said too much, now it will not happen..
Maybe time is an antidote.. or the poison
I'm taking right now..
Without seeing your smile, how I can sleep?
Your voice is so close yet I cannot hug you..
The sun will
continue orbiting even without the Earth existing..I can walk away from you
without a reason.
You want to leave,
I know it easy..you said dependence is the barrier between us..
If you choose to
let go but don't discard my love for you..I'll just pretend that I understand
in the end..
Tiga
tahun tidaklah cukup untuk
seseorang melupakan cinta pertamanya. Dua tahun
tahun bukan lah waktu yang singkat untuk menyembuhkan perasaan sesal.
Hyejae sudah melewati waktu itu dengan berat. Lee Jonghyun, pria yang
menghilang setelah menyatakan perasaan padanya, Hyejae tidak tahu bagaimana
kabarnya, di mana ia berada. Oppa nya juga tidak memberitahunya karena alasan
tertentu.
"Hyejae-ah... Kau
mau ikut ke taman?" Siwon mengajak adiknya yang sedang duduk di depan
rumahnya, memandangi langit.
"Taman? Oppa, kau
tak pernah ke taman sebelumnya..."
"Sudahlah
cepat." Hyejae membiarkan Siwon menariknya pergi.
Di taman ada satu kursi
yang kosong dan yang lainnya penuh. Banyak orang berkunjung ke sini jika masa
liburan tiba. Hyejae seharusnya juga menikmati liburanya tapi ia terkurung
dalam perasaan yang telah lama menghantuinya.
"Kau tunggu disini.
Aku akan membelikanmu makanan" Siwon menyuruhnya untuk duduk di kursi
kosong.
"Oppa... kau mau
kemana? Aneh sekali kau hari ini.. Apa jangan-jangan ini surprise party untuk
ulang tahunku?"
"Kau berulang
tahun hari ini?" Tanya Siwon membulatkan matanya.
"Oppa, kau tidak
tahu???" Hyejae mendengus kesal.
Siwon salah tingkah. Ia
memang tidak bisa mengingat ulang tahun seseorang, bukan karena tidak peduli
pada adiknya itu. Pantas saja anak itu
memilih hari ini, gumanya.
"Aa.. aku tahu...
tentu saja!" Jawabnya tergagap. "Makanya kau tunggu disini, okey!
Jangan kemana-mana!" Siwon meninggalkannya sendirian.
Hyejae mengamati
sekitarnya. Kemudian pandangannya tertuju pada bunga yang tumbuh di pagar
taman. Bunga itu belum sepenuhnya mekar, tapi sudah terlihat bentuknya. Sebuah ingatan terlintas di
benaknya.
"Bunga secantik
itu belum ada yang memetiknya. Akankah ia mekar di tangkainya. Dan tetap
seperti itu hingga akhirnya kemudian mati dan jatuh ke tanah terinjak-injak?"
Hyejae berbicara pada dirinya sendiri.
"Bunga itu akan
ada yang segera memetiknya." Hyejae terkejut mendengar suara pria yang
datang dari arah belakangnya.
"Menempatkannya di
tempat yang spesial, Merawatnya hingga mekar dengan indahnya. Menjaganya hingga
layu bersama sang pemiliknya. Menguburkan jika sudah mati, agar tidak ada yang menginjak-injak
jasadnya." Lanjut pria itu.
Hyejae mendongak tak
percaya dengan penglihatannya. Hatinya kemudian berdebar sangat kencang. Pria
itu mendekat kepadanya. Pria yang beberapa tahun menghilang dari hidupnya dan
kini ia kembali di hadapannya, menjatuhkan lututnya dan meraih tangan gadis
itu.
"Karena aku juga
menyukaimu, itu artinya saling menyukai, kan?"
Pria yang bertekuk
lutut di hadapannya dan menyatakan perasaannya, Lee Jonghyun, ia telah kembali.
"Jj jong hyun ...
oppa." Hyejae semakin tergetar hatinya saat pria yang selalu memiliki
tempat di hatinya itu tersenyum kepadanya. Senyuman manis yang tetap terngiang
di hatinya.
"Hyejae-ah... Apa
kabar? Aku datang untuk memetik bunga yang mulai mekar di taman ini, setelah
kutunggu tidak kunjung mekar."
Ia kembali berdiri,
tangannya masih menggenggam erat tangan Hyejae. Menumpahkan rindu yang teramat
dalam setelah beberapa tahun tidak melihat gadis yang dicintainya itu.
"Aku tahu kau juga
menyukaiku, saat kau menatapku waktu terakhir kali kita bertemu. Walaupun aku
tidak yakin karena saat itu kau dengan pria lain. Aku pergi bukan karena
menghindar dari mu, atau meninggalkanmu. Aku memang harus pergi saat itu...
Ah... tapi Siwon terus-terusan mencoba menghubungiku, mengatakan bahwa kau
sangat menyukaiku." Jonghyun tertawa kecil, mengamati gadis di depannya
yang masih terbengong-bengong.
"Saat aku kembali
kesini, aku langsung mengatakan bahwa aku akan menemuimu hari ini, dan dia
membawamu kemari." Jonghyun melihat air mata yang mengalir di pipi Hyejae,
lalu menghapusnya.
"Selamat ulang
tahun Hyejae-ah. Maukah kau bersamaku?"
Hyejae menganggukkan
kepalanya. Senyum menghiasi pipinya yang basah. Jonghyun memberikan pelukan
lembut padanya. Meluapkan segala emosinya. Kerinduan dan penyesalan yang dulu
menyelimutinya kini terobati. Digantikan oleh kebahagiaan karena ia bisa
bersama dengan pria yang juga menyukainya dan mencintainya.
END