Pages

Senin, 30 Maret 2015

Fanfiction [One Shot] - Regret (유감)

Cast:
 Main Character: 
Choi Hyejae (you)
C.N.Blue Jonghyun (your sunbae, crush, your brother's friend)
Shin Jihoon (your hoobae, had crush on you)

Side Character:
SJ Siwon, C.N.Blue Yonghwa, INFINITE Hoya, ZE:A Kwanghee 

Genre:
Romance, Love-life

Language:
IND
ENG (on progress)
KOR (Judulnya ajah - )

Author:
Story & Art : Hyejae_Choi
Review


"Sebelum anak itu mengganggu hidupku, aku juga menyukaimu." Posted by Hyejae. one minute ago.

Bagaimana rasanya jika...
Seseorang yang kau cintai, ternyata mencintaimu diam-diam. Kau tidak pernah tahu, karena kaupun tidak pernah menyatakan perasaan yang sama padanya. Ketika kau menyadari perasaan dia yang sesungguhnya, semua itu terlambat. Hatimu yang selama ini kau simpan untuknya, telah terebut dengan paksa oleh hati yang lain. Karena kau tak mampu menahan kebingungan dimana kau harus meletakkan hatimu. Perlahan kau tahu semua rahasianya, jika memang hatinya selalu ada untukmu, dan yang tersisa hanya lah..

Sesal.





"Sebelum anak itu mengganggu hidupku, aku juga menyukaimu."
Dengan susah payah Hyejae menuliskan kalimat itu pada akun SNS-nya. Tubuhnya gemetar menahan perasaannya yang terguncang. Air mata yang tak mau mau keluar itu terasa lebih menyakitkan.
Hyejae terduduk lemas setelah menyelesaikan kalimatnya. Ia berharap pria itu membacanya. Pria yang ternyata selalu memperhatikan gerak-geriknya, pria yang ternyata selalu membaca tulisan-tulisannya dan pria yang ternyata menyukainya. Pria yang menjadi cinta pertamanya.
***
Kenangan satu tahun yang lalu masih terlintas di ingatannya, saat semuanya masih normal.
"Jadi, ada seseorang yang kau sukai?"
Choi Hyejae tersipu malu. Ia menundukkan pandangannya sambil tersenyum. "Lee... Lee Jong hyun." Jawabnya dengan ragu.
"Woo.... Jonghyunnie?" Choi Siwon menggodanya. Ia tersentuh mendengar adik perempuannya itu ternyata menaruh hati pada temannya.
"Waa... Aku tak menyangka Jonghyun ada yang menyukainya." Sahut Jung Yonghwa. Teman satu kelas Siwon yang juga dekat dengan Hyejae.
Hyejae ingat, betapa senangnya saat ia bisa melihat pria itu, meski pria itu tak melihat dirinya. Hyejae tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya saat pria yang dipanggil Jonghyun itu menyapanya. Hyejae, gadis itu menyukai apapun yang berhubungan dengan Jonghyun.
Semua itu indah, sebelum anak bernama Shin Jihoon yang datang mengganggu hidupnya. Anak yang lebih muda dari Hyejae itu selalu mengejarnya. Sejak ia baru menjadi murid SMA, sedangkan Hyejae murid kelas dua, Jihoon menyukainya.
"Noona, biar aku yang bawakan tasmu." "Noona, ini aku belikan makan siang."
Jihoon tak pernah berhenti mendekati Hyejae meski gadis itu selalu menolaknya, dan mengusirnya. Itu membuat Hyejae sangat membenci Jihoon, tapi gadis itu tidak bisa menghindarinya. Mereka ada dalam satu departemen yang sama sejak mengikuti organisasi badan sekolah.
"Hwang Kwanghee, Lee Ho Won, Choi Hyejae, Shin Jihoon. Apa kau gila, kenapa aku harus masuk tim ini!" Hyejae protes dengan pembagian Tim kerja untuk persiapan event di sekolahnya.
"Dua dari angkatan kita, dan dua dari angkatan bawah. Ini cukup adil, kataku." Sahut Lee Howon, ketua tim dan juga teman satu kelas Hyejae.
"Kenapa kau harus masukkan anak itu. Ini gila! Kau tahu, aku mati-matian menghindarinya, tapi kau..."
"Santai saja, anak itu tidak akan mengganggumu. Aku ketua tim, dia tidak akan macam-macam denganmu. Hey, lagipula, bukan wewenangku untuk memasukkan nama ke dalam daftar tim ini." Howon sangat tahu persis apa yang ditakutkan temannya itu. Ia juga tidak nyaman dengan tingkah hoobae-nya yang selalu muncul dimanapun Hyejae berada.
Mereka pergi berempat untuk menjalankan tugasnya. Hyejae sebenarnya cepat beradaptasi bersama siapa saja. Ketua tim yang cekatan, Howon, atau si moodmaker Kwanghee. Tapi tidak dengan Jihoon yang selalu saja berusaha mendekatinya walau Howon sudah memperingatkannya untuk serius.
"Noona, untuk tugas yang ini ayo pergi denganku!" Jihoon menarik lengan Hyejae, mengajaknya pergi. Hyejae berusaha melepaskankan tangannya namun anak itu memperkuat genggamannya. Untung saja Howon segera menghentikannya.
"Ya! Apakah seperti itu kau memperlakukan sunbaemu. Minggir, kami berdua yang akan pergi."
"Jihoon-ah apa yang kau lakukan. Ayo cepat, kita pergi." Kwanghee menarik Jihoon bersamanya. Hyejae mendecak kesal dengan yang barusan terjadi. Ia berterima kasih pada Howon yang telah menyelamatkannya.
Saat mereka semua kembali berkumpul, mereka baru akan kembali pergi tepat sebelum beberapa anak kelas tiga menghampirinya. Jung Yonghwa, Lee Jungshin, Kang Minhyuk dan satu lagi, Lee Jonghyun. Mereka adalah salah satu Band yang akan mengisi acara event itu. Howon yang pertama menyapa mereka disusul yang lain.
"Sunbae, annyeonghaseyo!"
"Hei kalian. Bagaimana pekerjaan kalian apakah lancar? Oh... Hyejae-yah. Lama tidak bertemu." Yonghwa menyapa para hoobaenya. Lalu memanggil Hyejae yang terlihat gembira. Ia hanya cekikikan dalam hati sembari melirik Jonghyun yang ada di sampingnya.
"Oh... Yonghwa oppa, iya... lama kita tak bertemu, dan juga... annyeong Jj Jonghyun oppa." Hyejae merasakan pipinya memanas karena malu. Ia tahu Yonghwa tengah menggodanya.
"Woah... Mereka mengenalmu? Apa kau dekat dengan mereka?" Kwanghee menyerbu Hyejae dengan pertanyaan-pertanyaan sesaat setelah Yonghwa dan kawan-kawan pergi.
"Ya! Apakah seperti itu caramu berbicara dengan sunbae?" Howon menegur Kwanghee.
"Ah... tidak. Dia hanya teman-teman oppa ku." Hyejae masih belum bisa mengatur emosi saking senangnya.
"Aku bahkan tidak tahu kau punya oppa." Howon menyela. Ia memang tidak terlalu tahu mengenal silsilah keluarga Hyejae.
"Choi Siwon itu oppa ku. Haish... anak itu memang tidak pernah berhenti dari kesibukannya, bahkan sudah hampir mendekati ujian sekalipun."
Kwanghee dan Howon hanya memandang Hyejae dengan takjub. Mereka tidak pernah tahu bahwa orang yang di dekatnya itu punya hubungan darah dengan siswa paling pandai dan dikenal di sekolah ini. Satu orang hanya memandang Hyejae dengan gundah. Jihoon tahu sikap Hyejae sangat berubah ketika bertemu dengan sunbaenya tadi.
***
Kau bersama pria lain, bahkan saat kau menemuiku.
Hyejae masih terus mengusap air matanya. Ia sudah berulang kali mengecek halaman SNS nya, masih belum ada respon. Perasaan gusar menghinggapinya saat ia membaca tulisan-tulisan yang ada di depannya. Tulisan yang dibuat pria itu sejak lama. Ternyata ia memperhatikanku sejak saat itu, gumamnya.
Ia menemukan foto yang diunggah oleh pria itu. Benar, itu adalah foto dirinya. Foto saat ia bertugas dengan tim Howon, Kwanghee dan Jihoon. Pria itu mengambil foto dirinya sebelum mereka saling bertemu. Dan juga foto-foto yang lain. Hyejae menyesali betapa bodohnya karena ia bahkan tidak tahu kalau pria itu menulis semua hal tentang dirinya di halaman miliknya.
***
"Noona, kenapa kau selalu menghindariku, kenapa kau tak pernah melihatku?"
Jihoon merengek. Hyejae sudah lelah untuk menghindarinya. Ia membiarkan anak itu menemuinya dan berbicara mengenai perasaannya.
"Apa kau tak pernah menganggapku manusia? Apa kau tak pernah mempedulikan hak ku? Bahkan untuk menyukaimu saja kau tak mengizinkannya?"
"Jihoon-ah. Kau ini keras kepala..."
"Itu karna kau tak pernah mau mendengarku, noona! Kau tak pernah mengizinkanku bahkan untuk berbuat baik padamu. Kau tak pernah membiarkanku untuk mengutarakan perasaanku sedikit saja."
Jihoon meluapkan perasaannya yang tak pernah berhasil ia ungkapkan. Hyejae hanya terdiam. Ia merasa dirinya sedikit keterlaluan karena tidak mengakui perasaan seseorang yang menjadi hak nya.
"Hyejae noona, apa kau tahu? Kau membuatku seperti orang jahat. Apa tidak bisa kau bersikap wajar padaku. Kalau saja noona bersikap baik padaku dari awal, aku tidak akan begini. Tapi kau yang memulainya, noona. Apa aku tak punya hak untuk menyukai seseorang? Apa aku tak punya hak untuk mencintaimu?"
Hyejae menggenggam erat tangannya. Kata-kata itu begitu begitu menusuk hatinya. Ia merasa menjadi orang yang sangat berdosa.
"Aku sudah berada pada batas kesabaranku, Choi Hyejae. Kalau kau memperlakukan ku dengan buruk kali ini, aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada ku lagi. Ini yang terakhir."
Jihoon membalikkan badannya hendak pergi. Hyejae tiba-tiba memeluknya dari belakang. Ia tidak sadar apa yang sedang dilakukannya, tapi rasa sakit yang teramat dalam dirasakan hatinya.
"Noona..." Jihoon terkejut melihat kedua tangan Hyejae yang sudah melingkar di tubuhnya.
"Aa..aa apa kah kau menerima ku sekarang?" Ledakan perasaan bahagia tercuat dari hatinya. Jihoon tak bisa mengontrol kata-katanya.
"Aku hanya ingin berbuat baik kepadamu, Shin Jihoon." Hyejae tidak akan mengakui ia menerima atau apapun itu, karena ia tahu, sekeras apapun hatinya takkan bisa menerima anak itu.
***
Inikah akhir waktuku? Inikah rasanya saat kau akhirnya bertemu dengan seorang pria yang akan mengisi hatimu? Inikah saat aku sebaiknya berhenti berkhayal tentang perasaanku padamu? Aku juga menyukaimu.
Hyejae semakin tidak karuan. Kakinya gemetar, tak sanggup lagi menahan berat tubuhnya. Dadanya terasa sesak, sulit sekali untuk bernafas. Matanya kini penuh dengan air mata yang terus-terusan mengucur, memperhatikan tulisan terakhir yang ditulis pria itu. Tulisan terkahir yang ditulis pada tanggal yang sama saat Hyejae bertemu dengan Jihoon.
Hatinya terasa teriris, mungkinkah pria itu melihatnya bersama Jihoon? Mungkin kah pria itu menyimpulkan bahwa dirinya telah menerima hati Jihoon? Penyesalan terbesar yang pernah ia rasakan sepanjang hidupnya itu semakin menjadi, sejak ia terakhir bertemu dengan pria itu hari kemarin.
***
Hyejae tahu hatinya takkan bisa menerima Jihoon, tapi ia berusaha agar bisa bersikap baik padanya. Ia menerima semua perlakuan yang diberikan Jihoon kepadanya, tidak menolak ataupun menghindar seperti sebelum-sebelumnya.
"Noona, kau tahu aku senang sekali berada disisimu. Aku akan memperlakukanmu dengan baik lagi." Ucap Jihoon saat mereka sedang berjalan berdua.
"Hyejae-ah!" Panggil Howon saat melihat Hyejae dan Jihoon sepulang sekolah. "Mau kuantarkan pulang?" Ia menawarkan dirinya untuk menyelamatkan Hyejae lagi dari Jihoon.
"Tidak usah. Kali ini aku yang akan mengantarkannya." Jihoon menyeringai. Ia mencegat Howon mendekati Hyejae.
"Ya! Apa begitu caramu bicara pada sunbaemu!"
"Howon-ah. Aku pergi dulu." Hyejae menghentikan Howon yang hampir meluapkan emosinya pada Jihoon.
"Kami pergi dulu, sunbaenim." Jihoon tersenyum penuh kemenangan sambil menarik Hyejae pergi, namun gadis itu melepaskan tanganya dari Jihoon. Howon melihat keduanya pergi dengan keheranan.
Jihoon bermaksud mengantarkannya sampai ke rumah. Keduanya sedang berjalan menuju ke arah rumah Hyejae ketika mereka bertemu dengan Siwon dan Jonghyun. Hyejae tersentak kaget menyadari orang yang sedang bersama dengan oppa-nya itu.
"Hyejae-ah? Sedang apa kau?" Siwon memanggil adiknya itu yang sedang bersama Jihoon. Ia melirik Jihoon yang menatap Jonghyun dengan tatapan tidak suka. Kemudian kembali menatap Hyejae dengan pandangan 'apa yang kau lakukan bersama anak itu, sedangkan kau lihat ada Jonghyun disini'.
"Oo..oppa..?" Hyejae terbata-bata. Ia tak bisa menyembunyikan kekagetannya karena ia bertemu dengan Jonghyun selagi bersama dengan Jihoon. Hyejae membalas tatapan oppanya dengan pandangan 'ini bukan seperti yang kuinginkan terjadi, oppa...tolong aku'.
"Kami sedang pulang. Aku yang mengantarkan Hyejae pulang... Sunbae." Jihoon menjawab dengan ragu-ragu. Ia tidak terima dengan pandangan Siwon yang menghakiminya.
"Kalau begitu mari kita pulang, aku memang akan ke rumah Siwon." Jonghyun akhirnya berbicara. Siwon was-was membayangkan tentang kecanggungan yang akan terjadi. Hyejae masih terpaku. Ia baru bergerak saat Siwon menggandeng tangannya. Tidak peduli Jihoon yang semakin menatap mereka dengan pandangan aneh.
Keempat orang itu masih terdiam selagi berjalan pulang. Mereka akhirnya sampai di depan rumah dan terhenti.
"Kita sampai. Hyejae-yah cepat masuk." Siwon mempersilahkan Jonghyun dan menyuruh Hyejae untuk masuk, mengisyaratkan Jihoon untuk segera pergi.
"Tidak Siwon-ah. Aku akan pergi setelah ini."
Ucapan Jonghyun mengagetkan Siwon. Seketika ia tersadar temannya itu tengah menatap Hyejae. Gadis itu masih menundukkan kepalanya semenjak tadi, ia tidak bisa berhadapan dengan Jonghyun saat Jihoon bersamaanya. Jihoon mengepalkan tanganya, menahan emosi yang dari tadi ia tahan karena memergoki Jonghyun yang diam-diam memandangi Hyejae.
"Hyejae-yah, kau masuk lah. Biar aku bawakan tasmu." Jonghyun melepaskan tas yang dibawa Hyejae dan membawanya, Hyejae terkejut Jihoon merebutnya dari tangan Jonghyun.
"Tunggu, kenapa harus kau yang membawakannya. Aku yang mengantarkan Hyejae pulang." Sela Jihoon. Emosinya sudah memuncak. Saat itulah Hyejae baru menyadari Jonghyun menatapnya.
Jonghyun hanya tersenyum hambar, ia tetap tidak mengalihkan tatapannya pada Hyejae.
"Karena aku juga menyukaimu, Hyejae-yah." Hyejae terperanjat kaget. Begitu pula Jihoon dan Siwon yang masih berdiri di sana. Tak satu pun kata yang dapat keluar dari mulut Hyejae, ia hanya terperanga.
"Aku pergi dulu." Jonghyun meninggalkan mereka yang terkejut dengan pengakuannya.
"Jonghyun-ah!!" Siwon memanggil temannya itu, tapi Jonghyun bahkan tak menoleh sedikit pun. Jihoon menghempaskan tas yang ada di tangannya, meluapkan emosinya.
"Hey apa-apaan kau!" Ia meneriaki Jonghyun.
"SUDAH CUKUP SHIN JIHOON!! Aku tidak tahan lagi! Aku tidak bisa berpura-pura bahwa aku menerimamu! Aku sudah menyukai orang lain bahkan sebelum kau menyukaiku!!" Teriak Hyejae.
"Oppa... Apa ini? Apa yang sedang terjadi? Oppa, kau juga tahu perasaanku kan?" Ucapnya terbata-bata. Ia tak bisa berpikir dengan jernih lagi.
"Aa..apa yang kau katakan, noona..." Jihoon tidak bisa menerima apa yang barusan Hyejae katakan.
"Noona... katakan kau tidak serius..." Siwon lalu memaksanya pergi, namun ia memberontak. "Noona! Hyejae noona! Choi Hyejae!!"
Siwon menarik Hyejae masuk dan mengunci Jihoon yang masih memanggil gadis itu di luar.
"Lee Jonghyun menyukaiku? Oppa... aku tidak sedang bermimpi kan? Aku juga menyukainya. Oppa, kau juga tahu kan? Tapi apa maksudnya dia akan pergi?" Perasaan Hyejae campur aduk. Ia terlihat berantakan sekarang. Siwon menatap iba adik perempuan satu-satunya itu.
"Lalu apa yang kau lakukan dengan anak itu?" Siwon bertanya dengan hati-hati.
"Tidak ada oppa... Tidak... Aku tidak tahu apa yang aku lakukan. Aku tidak menyukainya. Aku tidak menerima perasaan Jihoon, oppa. Aku tidak..." Hyejae menghentikan kata-kata. Sesuatu seperti menyumbat tenggorokannya. Ia tidak bisa menangis dan itu justru menyakitinya. Siwon memeluknya erat-erat.
"Maafkan aku Hyejae-yah. Aku tahu, Jonghyun akan pergi jauh. Aku takut membuatmu sedih jika aku memberitahumu. Tapi aku sungguh tidak tahu perasaan yang dimilikinya padamu, jika dia juga menyukaimu. Ku kira dia menyukai seorang gadis, karna dia selalu menuliskan tentangnya."
Malam itu Hyejae segera membuka akun SNS nya setelah mendengar apa yang Siwon ceritakan, bahwa Jonghyun kerap menuliskan pada halamannya bahwa ia menyukai seorang gadis. Hyejae segera mencari nama Lee Jonghyun, dan menemukannya. Ia membuka halaman milik pria itu, dan membacanya satu-satu.

Aku menyukaimu seperti saat aku menemukan sekuncup bunga di taman. Belum ada yang memetiknya. Apakah harus kupetik sekarang? Ataukah aku harus menunggunya bermekaran? Tapi bagaimana jika seseorang memetiknya?
Kau selalu tersenyum saat melihatku. Saat itulah aku berjanji pada diriku jika aku akan selalu tersenyum saat menemuimu.
Apakah bunga di taman sudah mekar? Atau sudah ada yang memetiknya? Gadis kecil, apa kabarmu?
Bunga tercantik yang ada di taman. Tidak heran banyak orang yang memandangnya. Apa aku harus mengusir mereka? Aku bahkan tidak memilikimu.
Pria itu, dan pria itu...
Kau bersama pria lain, bahkan saat kau menemuiku.
Haruskah aku berhenti menunggu bunga itu mekar? Haruskah aku membiarkan orang lain memetiknya.
Bunga itu sudah tidak ada!
Inikah akhir waktuku? Inikah rasanya saat kau akhirnya bertemu dengan seorang pria yang akan mengisi hatimu? Inikah saat aku sebaiknya berhenti berkhayal tentang perasaanku padamu? Aku juga menyukaimu.
Hyejae menghabiskan waktu semalaman untuk membaca setiap tulisan-tulisan yang terpampang. Rasa penyesalan yang sangat besar menghinggapi dirinya. Ia benar-benar sangat hancur. Setelah membaca tulisan terakhirnya kini pria itu tidak ada lagi di dekatnya. Tidak ada yang bisa diperbaiki seperti halnya waktu yang diputar dan semua itu hanya menyisakan satu... Sesal.

Tell me where the rainbow is... Can you return my wish back to me?
Why is the sky still so calm? All the clouds have gathered above me.
Is there a mask you can lend me? Because I said too much, now it will not happen..
Maybe time is an antidote.. or the poison I'm taking right now..
Without seeing your smile, how I can sleep? Your voice is so close yet I cannot hug you..
The sun will continue orbiting even without the Earth existing..I can walk away from you without a reason.
You want to leave, I know it easy..you said dependence is the barrier between us..
If you choose to let go but don't discard my love for you..I'll just pretend that I understand in the end..


Tiga tahun tidaklah cukup untuk seseorang melupakan cinta pertamanya. Dua tahun  tahun bukan lah waktu yang singkat untuk menyembuhkan perasaan sesal. Hyejae sudah melewati waktu itu dengan berat. Lee Jonghyun, pria yang menghilang setelah menyatakan perasaan padanya, Hyejae tidak tahu bagaimana kabarnya, di mana ia berada. Oppa nya juga tidak memberitahunya karena alasan tertentu.
"Hyejae-ah... Kau mau ikut ke taman?" Siwon mengajak adiknya yang sedang duduk di depan rumahnya, memandangi langit.
"Taman? Oppa, kau tak pernah ke taman sebelumnya..."
"Sudahlah cepat." Hyejae membiarkan Siwon menariknya pergi.
Di taman ada satu kursi yang kosong dan yang lainnya penuh. Banyak orang berkunjung ke sini jika masa liburan tiba. Hyejae seharusnya juga menikmati liburanya tapi ia terkurung dalam perasaan yang telah lama menghantuinya.
"Kau tunggu disini. Aku akan membelikanmu makanan" Siwon menyuruhnya untuk duduk di kursi kosong.
"Oppa... kau mau kemana? Aneh sekali kau hari ini.. Apa jangan-jangan ini surprise party untuk ulang tahunku?"
"Kau berulang tahun hari ini?" Tanya Siwon membulatkan matanya.
"Oppa, kau tidak tahu???" Hyejae mendengus kesal.
Siwon salah tingkah. Ia memang tidak bisa mengingat ulang tahun seseorang, bukan karena tidak peduli pada adiknya itu. Pantas saja anak itu memilih hari ini, gumanya.
"Aa.. aku tahu... tentu saja!" Jawabnya tergagap. "Makanya kau tunggu disini, okey! Jangan kemana-mana!" Siwon meninggalkannya sendirian.
Hyejae mengamati sekitarnya. Kemudian pandangannya tertuju pada bunga yang tumbuh di pagar taman. Bunga itu belum sepenuhnya mekar, tapi sudah terlihat bentuknya. Sebuah ingatan terlintas di benaknya.
"Bunga secantik itu belum ada yang memetiknya. Akankah ia mekar di tangkainya. Dan tetap seperti itu hingga akhirnya kemudian mati dan jatuh ke tanah terinjak-injak?" Hyejae berbicara pada dirinya sendiri.
"Bunga itu akan ada yang segera memetiknya." Hyejae terkejut mendengar suara pria yang datang dari arah belakangnya.
"Menempatkannya di tempat yang spesial, Merawatnya hingga mekar dengan indahnya. Menjaganya hingga layu bersama sang pemiliknya. Menguburkan jika sudah mati, agar tidak ada yang menginjak-injak jasadnya." Lanjut pria itu.
Hyejae mendongak tak percaya dengan penglihatannya. Hatinya kemudian berdebar sangat kencang. Pria itu mendekat kepadanya. Pria yang beberapa tahun menghilang dari hidupnya dan kini ia kembali di hadapannya, menjatuhkan lututnya dan meraih tangan gadis itu.
"Karena aku juga menyukaimu, itu artinya saling menyukai, kan?"
Pria yang bertekuk lutut di hadapannya dan menyatakan perasaannya, Lee Jonghyun, ia telah kembali.
"Jj jong hyun ... oppa." Hyejae semakin tergetar hatinya saat pria yang selalu memiliki tempat di hatinya itu tersenyum kepadanya. Senyuman manis yang tetap terngiang di hatinya.
"Hyejae-ah... Apa kabar? Aku datang untuk memetik bunga yang mulai mekar di taman ini, setelah kutunggu tidak kunjung mekar."
Ia kembali berdiri, tangannya masih menggenggam erat tangan Hyejae. Menumpahkan rindu yang teramat dalam setelah beberapa tahun tidak melihat gadis yang dicintainya itu.
"Aku tahu kau juga menyukaiku, saat kau menatapku waktu terakhir kali kita bertemu. Walaupun aku tidak yakin karena saat itu kau dengan pria lain. Aku pergi bukan karena menghindar dari mu, atau meninggalkanmu. Aku memang harus pergi saat itu... Ah... tapi Siwon terus-terusan mencoba menghubungiku, mengatakan bahwa kau sangat menyukaiku." Jonghyun tertawa kecil, mengamati gadis di depannya yang masih terbengong-bengong.
"Saat aku kembali kesini, aku langsung mengatakan bahwa aku akan menemuimu hari ini, dan dia membawamu kemari." Jonghyun melihat air mata yang mengalir di pipi Hyejae, lalu menghapusnya.
"Selamat ulang tahun Hyejae-ah. Maukah kau bersamaku?"
Hyejae menganggukkan kepalanya. Senyum menghiasi pipinya yang basah. Jonghyun memberikan pelukan lembut padanya. Meluapkan segala emosinya. Kerinduan dan penyesalan yang dulu menyelimutinya kini terobati. Digantikan oleh kebahagiaan karena ia bisa bersama dengan pria yang juga menyukainya dan mencintainya.

END


Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar